Ini Dia Budaya Unik “Padungku” di Poso



SULWESI HEBAT - Sudah bukan hal baru lagi, padungku menjadi salah satu tradisi tahunan di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tegah. Berakar dari budaya dan agama tua orang Poso Suku Pamona yang kemudian dimaknai secara turun temurun. 
 
Selanjutnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari seluruh masyarakat di wilayah Kabupaten Poso tanpa memandang latar belakang suku dan agama.

Walau harus diakui bahwa dewasa ini padungku selalu berwajah ganda. Di satu sisi ia memberdayakan, bahwa hidup ini adalah bersyukur kepada Tuhan.
Selain itu, padungku selalu menjadi momen yang dinanti oleh semua masyrakat Poso untuk menunjukan rasa sukur pada Sang Khalik, hal ini bersal dari budaya petani sawah saat menunjukan rasa sukur atas hasil panen mereka.

Dengan meyediakan berbagai jenis makanan, seperti berbagai olahan nasi dengan cara penyajian yang masih amat kental dengan tradisonal bahkan demikian pula dengan cara memasak lauknya rata-rata semuanya mengunakan bumbu khas Poso.
Inuyu, atau nasi bambu, masyrakat lokal paling akrap menyebutnya Inuyu, antara lain adalah olahan beras pulut mentah yang dicampur dengan bawang goreng dan dengan sedikit jahe serta sari daun pandan. 
 
Cara memasaknya pun sangat unik bambu yang muda yang berisikan daun pisang muda pula akan  selanjutnya campuran beras mentah dimasukan kedalamnya. Sedangkan untuk airnya sengaja dipakai santan kental setlah itu baruh dipangang denga berjejerbersandar berditri dengan api yang hamper menbakat badan bambu hingga masak.

Hidangan tersebut takan pernah apsen disaat hari padungku tiba, Inuyu atau nasi mambu ini, merupakan ikon untuk budaya hari padungku bagi masyrakat Poso tulen.
Selain Inuyu, ada pula hidangan yang menjadi ikon momen hari Padungku adalah Winalu atau nasi yang direbus dibambu berbungkuskan daun khusus yang akan mengeluarkan harum daun tersebut serta aroma mambu saat nasi tersebut matang, cara memasaknya sama persis dengan cara memanggang inuyu atau nasi bambu hanya untuk Winalu membutukan waktu yang lama untuk merebus nasi berbungkus daun tersebut.
 
Di iringi dengan berbagai lauk lainya seperti sogili (sidat) dengan macam cara penyajian, tapi biasnya masyrakat di poso seputaran pesisir danau Poso akan memasak sidat dengan cara mask tradisonal seperti di masak sam dengan mengunakan asam khusus dan rempah daun yang hanya di dapatkan di daera poso yakni Arogo.
Meski identik dengan macam kahs kuliner asli Poso yang mungkin masih asing di mata Nusantara tau di Indoesia namun tak terlupakan pula berbagai hidangan yang sudah tidak asing di lidah masyrakat Indonesia seperti berbagai olahan makanan berbahan dasar daging ayam, daging sapi, dan berbagai jeis makanan laut.

Intinya dalam satu momen pandungku tiap kecamatan akan mempunyai jadwal hari berbebeda sesuai jadwal panen, khusus untuk masyrakat Poso yang tinggal di sepuraran kota akan meryakanya, biasa dengan cara bersamaan hingga sampai empat kecamatan sekaligus merayanakan padungku, hal ini sebenarnya di sengaja demi megurangi volume tamu yang akan datang.

Berbeda hanya dengan masyrakat pesisir danau Poso, mereka lebih suka merayakannya dengan tidak bersmaan dengan kampong-kampung yang ada di sekitranya, hanya dengan alasan mereka demi menghadirkan lebih banyak tamu dari Desa lain.

Wajar saja karena saat padungku, semua warga yang mereyakan, akan membuka rumah mereka lebar-lebar menanti sanak saudara atau kerabat dari desa lain untuk datang ke rumah mereka menikmati hidangan yang disiapkan.
 
Tidak hanya sanak saudara atau krabat yang mereka terima untuk menikmati hidangan yang ada di siapakan, bakhan ada yang mereka tidak kenal sekalipun mereka akan menerimnaya dan menjamunya dengan setulus hati jika anda berkunjung.

jika anda yang berlatar belakang tidak memkaan makanan ekstrim seperti daging anjing, daging babi dan lainya yang tidak biasanya dihidangkan dimeja nasional Indonesia. Tidak usah kuatir sudah mejadi budaya di tanah sintuwu maroso ini ras toleransi di jujung tinggi, akan ada meja khusus untuk anda yang tentunya berlebel Halal.

Selain makan hidangan, anda bisa membunkusnya dan mebawanya buat di rumah, ini tidak ane, sudah menjadi tradisi wajar bagi masyrakat yang menghadiri pandungku .
Satu lagi yang harus anda jangan lewatkan saat menghadiri desa yang merayakan padungku, yakni Dero, dero adalah adalah tarian yang berasal dari Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. 

Tarian ini merupakan salah satu tradisi masyarakat Suku Pamona yang masih dipertahankan sampai saat ini. Suku Pamona adalah masyarakat asli Kabupaten Poso yang mendiami hampir seluruh wilayah kabupaten bahkan sampai ke sebagian wilayah kabupaten Morowali. 

Nenek moyang suku pamona sendiri berasal dari Luwu Timur daerah yang masuk ke wilayah provinsi Sulawesi Selatan. Suku Pamona adalah kesatuan dari beberapa etnis di wilayah Sulawesi tengah.

Meskipun demikian masyarakat Suku Pamona hidup rukun dan berdampinagn. Hal ini tergambar dari salah satu kesenian yang berasal dari suku tersebut yaitu tari Dero Poso. #TEN94

 Semoga Bermanfaat
Salam….
dari saya Putra Asli Poso
Sumber Foto : Google Search
@email : stenllypers@gmail.com
Twitter : @stenllypers94
Facebook : Stenlly Ladee

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alasan Pria Menangis Karena Wanita

Kabupaten tertua di Sulaewesi Tengah