
Selanjutnya menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari seluruh masyarakat di wilayah Kabupaten Poso tanpa memandang
latar belakang suku dan agama.
Walau harus diakui bahwa dewasa ini padungku
selalu berwajah ganda. Di satu sisi ia memberdayakan, bahwa hidup ini
adalah bersyukur kepada Tuhan.

Dengan meyediakan berbagai jenis
makanan, seperti berbagai olahan nasi dengan cara penyajian yang masih amat
kental dengan tradisonal bahkan demikian pula dengan cara memasak lauknya rata-rata
semuanya mengunakan bumbu khas Poso.

Cara memasaknya pun sangat unik bambu
yang muda yang berisikan daun pisang muda pula akan selanjutnya campuran beras mentah dimasukan
kedalamnya. Sedangkan untuk airnya sengaja dipakai santan kental setlah itu
baruh dipangang denga berjejerbersandar berditri dengan api yang hamper menbakat
badan bambu hingga masak.
Hidangan tersebut takan pernah apsen
disaat hari padungku tiba, Inuyu atau nasi mambu ini, merupakan ikon untuk
budaya hari padungku bagi masyrakat Poso tulen.
Selain Inuyu, ada pula hidangan
yang menjadi ikon momen hari Padungku adalah Winalu atau nasi yang direbus dibambu berbungkuskan daun khusus
yang akan mengeluarkan harum daun tersebut serta aroma mambu saat nasi tersebut
matang, cara memasaknya sama persis dengan cara memanggang inuyu atau nasi bambu hanya untuk Winalu membutukan waktu yang lama
untuk merebus nasi berbungkus daun tersebut.


Intinya dalam satu momen pandungku
tiap kecamatan akan mempunyai jadwal hari berbebeda sesuai jadwal panen, khusus
untuk masyrakat Poso yang tinggal di sepuraran kota akan meryakanya, biasa
dengan cara bersamaan hingga sampai empat kecamatan sekaligus merayanakan
padungku, hal ini sebenarnya di sengaja demi megurangi volume tamu yang akan datang.
Berbeda hanya dengan masyrakat
pesisir danau Poso, mereka lebih suka merayakannya dengan tidak bersmaan dengan
kampong-kampung yang ada di sekitranya, hanya dengan alasan mereka demi
menghadirkan lebih banyak tamu dari Desa lain.
Wajar saja karena saat padungku, semua warga yang mereyakan, akan
membuka rumah mereka lebar-lebar menanti sanak saudara atau kerabat dari desa
lain untuk datang ke rumah mereka menikmati hidangan yang disiapkan.

jika anda yang berlatar belakang
tidak memkaan makanan ekstrim seperti daging anjing, daging babi dan lainya
yang tidak biasanya dihidangkan dimeja nasional Indonesia. Tidak usah kuatir
sudah mejadi budaya di tanah sintuwu maroso ini ras toleransi di jujung tinggi,
akan ada meja khusus untuk anda yang tentunya berlebel Halal.
Selain makan hidangan, anda bisa
membunkusnya dan mebawanya buat di rumah, ini tidak ane, sudah menjadi tradisi
wajar bagi masyrakat yang menghadiri pandungku .

Tarian ini merupakan salah satu
tradisi masyarakat Suku Pamona yang masih dipertahankan sampai saat ini. Suku
Pamona adalah masyarakat asli Kabupaten Poso yang mendiami hampir seluruh
wilayah kabupaten bahkan sampai ke sebagian wilayah kabupaten Morowali.
Nenek moyang suku pamona sendiri
berasal dari Luwu Timur daerah yang masuk ke wilayah provinsi Sulawesi Selatan.
Suku Pamona adalah kesatuan dari beberapa etnis di wilayah Sulawesi tengah.

Semoga Bermanfaat
Salam….
dari saya Putra Asli poso
@email
: stenllypers@gmail.com
Twitter : @stenllypers94
Facebook : Stenlly Ladee
Twitter : @stenllypers94
Facebook : Stenlly Ladee
Komentar
Posting Komentar