Firman Pelita Bagi Kaki Ku
SULAWESIH HEBAT - Hari itu aku hanya bisa terdiam kagum melihat
rombongan ank sekolah minggu yang baru saja keluar dari gereja dan beberapa
guru sekolah minggu mereka yang masih terbilang muda yakni pemudi gereja yang
aktif di pelayanan anak sekolah minggu.
Dari seberang jalan
tepatnya di sebuah warung mas joko, tatapan ku yang penuh decak kagum sempat
merasa terharu dengan suasana menyenangkan itu, anak-anak yang masih dengan
raut wajah yang masih polos dengan senyuman yang tulus dengan semangat yang baru
saja menerima cerama cerita Alkitab dari sang ibu guru sekolah minggu.
Suara teriak kegirangan
oleh anak-anak, yang terdengar sampai diwarung tempatku berdiam diri. hal itu
mengingatkan aku saat diriku masih seusia mereka dengan semangat pergi kegereja
untuk medengar firman Tuhan, ssat aku masih seusia anak sekolah minggu, diriku
lebih merasa selau merasakan kebahagian tersendiri dengan cerita Alkitab dari
ibu sekolah miungguku.
Hanya dengan beberapa
cerita alkitab, didiriku saat itu merasa nyaman ditamba lagi, setiba di rumah
ibuku akan terus bertanya cerita firman apa yang telah kaim dengar dari ibu
guru sekolah minggu saat digereja.
Dimalam hari pun
sebelum tidur dengan polos aku akan berdoa pada Tuhan supaya hendak aku mejadi
serupa dengan tokoh yang guruku ceritakan di gereja, deperti cerita Simson,
Daut dan beberapa lagi toko alkitab yang sampai saat ini masih aku kagumi.
Masa kanak-kanak
memang menyenangkan, tapi masah kanak-kanaku aku lebih jago berhayal dengan
impian yang terbilang konyol, bakhan aku pernah betengkar dengan kakaku hanya
kaarena aku tidak mau memotong rambutku, karena dengan alasan terispirasi dari
cerita Simson yang kuat dan perkasa dengan kekuatan dari rambutnya yang dirlarang
Allah untuk dipotongnya.
Selain itu, saat aku
mendengar cerita Daut dari guru sekolah minggu ku saat itu, hanya dengan
katapel Daut bisa mengalakan Goliat yang berbadan kekar dan besar menyurupai
raksasa, sepulang dari gereja aku malah meminta pada kakaku untuk dibuatkan
Katapel.
Dan masih banyak lagi
cerita masah kecilku yang selalu mengidolai para tokoh Alkitab. Masah aku
sekolah minggu memang oarang di sekitarku mengangapku anak yang aktif maka tak jarang
pula walaupun aku mengusai cerita Alkitab banyak Orang mencapku dengan sebutan anak
nakal.
Wlaupun saat ini kedaan
berbeda dengan keadaanku saat aku masih kecil namun, logika pandangan tentang
Alkitab masih menjadi Peringkat teratas di benaku, meskipun aku telah mengenal
bebrap pengenalan tentang hukum dunia dan bebrapa hukum dari agama sepupu kami.
Seiring dengan ramainya
masalah datang padaku saat ini, sepertinya pandang Alkitab yang kental
membuatku dilema rasa bersalah yang besar dengan tidak menuaikan tugas sebagai umat
Kritiani yang baik, membuatku merasa bersalah saat aku hendak kembali kegereja
untuk aktif seperti dulu lagi.
Tuntutan sebagai kepala
rumah tangga, profesi sebagi jurnalis, dan hidup bermasyarakat dengan berbaur
dengan banyak orang bukan berati di umurku yang masih terbilang mudah, aku
selalu bebas dari resiko setiap elemen hidup yang kujalani saat ini.
Dengan keadaan sekarang
sepertinya hidup memintaku untuk memilih untuk menyesal di kemudian hari, disatu
sisi yang lain, aku terpaksa untuk memilih hanya karena keadaan iman yang
memintanya.
Memang sulit, dengan
saran yang ada di berbagai penjuru untuk memantapkan pilihan, tapi yang jelas harapku,
pilihan yang ku jalani, akan di restui oleh Tuhan tanpa menaru muraka
terhadapku.
Melihat ramai dan bising-bising
teriak dari para anak sekolah minggu makin hilang satu persatu, aku pun
bergegas menghabisakan minumanku dan membayarnya, saat aku menghidupkan motor,
terlihat di seberang jalan, seorang wanita yang menunggu tumpangan mobil angkot
untuk dirinya pulang, wanita itu tampaknya salah satu guru dari anak-anak
sekolah minggu tadi. Dengan rasa manusiawi aku menyebarangi jalan dengan motor
dan menghampiri wanita muda itu yang masih terliah sebaya denganku.
“permisi bu, mau pulang???,”
tanya aku.
“iya kamu ojek yah,?”
tanya wanita itu.
“iya bu saya ojek, mari
naik bu, ibu mau di antar dimana??” tanya aku.
“aku tingal di jalan
Anoa, jalan aja dulu nati aku tunjukin aranya,” kata wanita itu dengan sedikit
berlogatkan gaya bahasa orang minahasa.
Bersambung...
Komentar
Posting Komentar